Enter your keyword

Tim SITH ITB Gelar Pelatihan Teknologi Tepat Guna Produksi Biodiesel dari Minyak Kemiri Afkir di Alor Selatan, Nusa Tenggara Timur

Tim SITH ITB Gelar Pelatihan Teknologi Tepat Guna Produksi Biodiesel dari Minyak Kemiri Afkir di Alor Selatan, Nusa Tenggara Timur

Tim SITH ITB Gelar Pelatihan Teknologi Tepat Guna Produksi Biodiesel dari Minyak Kemiri Afkir di Alor Selatan, Nusa Tenggara Timur

Alor Selatan — Pada 1 November 2025, Tim pengabdian masyarakat dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali melaksanakan pendampingan di Kelurahan Kelaisi Timur, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan pada Juli 2025, yang sebelumnya difokuskan pada sosialisasi awal terkait peluang produksi biodiesel berbahan minyak kemiri afkir. Program pendampingan ini telah berjalan bertahap sejak tahun 2023, dengan tujuan meningkatkan nilai tambah komoditas kemiri sebagai energi terbarukan.

Gambar 1. Demonstrasi Teknologi Tepat Guna untuk ekstraksi minyak kemiri afkir menggunakan hydraulic press (kiri) dan reaktor sederhana (kanan) untuk produksi biodiesel.

Pada kunjungan lanjutan ini, tim melakukan demonstrasi penuh tiga tahapan pengolahan kemiri afkir menjadi biodiesel. Tahap pertama adalah diskusi pascapanen yang dipandu oleh Dr. Rijanti Rahayu Maulani, membahas teknik pemilahan, pengeringan, dan penyimpanan kemiri untuk menjaga kualitas bahan baku. Tahap kedua berupa pelatihan ekstraksi minyak kemiri menggunakan alat hydraulic press oleh Dr. Lili Melani. Teknologi tepat guna ini dinilai sesuai untuk skala masyarakat karena prosesnya sederhana, tidak memerlukan listrik, dan mampu memberikan tekanan optimal dalam mengeluarkan minyak dari kemiri afkir. Tahap ketiga adalah konversi minyak kemiri menjadi biodiesel oleh Dr. Muhammad Yusuf Abduh, di mana peserta mempraktikkan langsung proses transesterifikasi menggunakan peralatan sederhana yang dirancang agar dapat dioperasikan secara mandiri oleh masyarakat.

“Melalui tiga tahapan ini, kami ingin memastikan masyarakat memahami seluruh rantai proses, dari kemiri afkir hingga menjadi bioenergi sehihnga dapat dipraktikkan secara mandiri oleh untuk meningkatkan nilai tambah pengolahan biji kemiri” jelas Dr. Muhammad Yusuf Abduh, Ketua Tim Pengabdian SITH ITB. Peserta pelatihan yang terdiri dari kelompok tani, pemuda desa, dan pelaku usaha rumahan terlihat aktif berdiskusi dan mencatat parameter teknis proses produksi.

Gambar 3. Foto bersama Tim SITH ITB, peserta pelatihan, dan perangkat Kelurahan Kelaisi Timur

Selain kegiatan pelatihan, tim SITH ITB juga mengadakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Alor untuk membahas peluang distribusi minyak kemiri dan biodiesel, rencana pembentukan unit usaha bersama, serta integrasi pengolahan kemiri ke dalam program ekonomi daerah. Dalam pertemuan tersebut, Dr. Muhammad Yusuf Abduh berdiskusi dengan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Alor, Harun Rasid Miran, S.P.

Gambar 2. Koordinasi tim SITH ITB dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Alor

Dalam pertemuan tersebut, tim SITH ITB dan Dinas Pertanian membahas potensi pengembangan rantai nilai kemiri, mulai dari pengelolaan pascapanen hingga pengembangan sentra produksi kemiri di Alor. Menurut Kepala Dinas Pertanian, potensi kemiri di Alor Selatan cukup besar dan dapat menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat berbasis sumber daya lokal “Kami sangat mendukung potensi pengembangan kemiri di Alor dan harapannya Alor dapat menjadi sentra pengolahan kemiri di Indonesia sengan menghasilkan berbagai jenis produk bernilai tambah berbasis kemiri” ujarnya. Pemerintah daerah menyampaikan dukungan terhadap penguatan kelembagaan petani, termasuk peluang kemitraan dengan koperasi desa dan UMKM untuk memastikan keberlanjutan produksi di tingkat masyarakat.

Melalui kegiatan ini diharapkan terbangun kolaborasi antara akademisi, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat dalam memanfaatkan sumber daya kemiri yang selama ini sebagian besar hanya digunakan sebagai bahan pangan atau dijual dalam bentuk biji mentah. Program ini diharapkan menjadi model pengembangan energi terbarukan berbasis potensi lokal yang dapat direplikasi di wilayah lain, sekaligus memperkuat perekonomian masyarakat melalui diversifikasi pemanfaatan kemiri. Dengan adanya transfer pengetahuan dan pelatihan langsung, masyarakat kini memiliki kemampuan untuk mengolah kemiri menjadi produk bernilai ekonomi lebih tinggi, mulai dari minyak hingga biodiesel.

No Comments

Post a Comment

Your email address will not be published.

X